Khasiat Daun Kelor - Moringa Oleifera - untuk Kesehatan


Ada dua hal yang terkenal mengenai kata “kelor” di Indonesia, yaitu : ilmu gaib dan pribahasa. Saya kurang mengerti bagaimana awal terjadinya hubungan keterkaitan antara kata kelor dengan kedua hal tersebut. Bagi saya, kedua hal yang selalu menyertai kata “kelor” itu, cukup mempengaruhi untuk tidak terlalu mau tahu lebih jelas mengenai kemampuan sebenarnya dari tanaman kelor.
Sekitar awal Maret 2012, seorang kolega bercerita kepada saya mengenai kemampuan daun kelor dalam menetralisir Diabetes Miletus yang di deritanya. Ia pun bercerita bagaimana daun kelor dapat meredakan penyakit asma pada salah seorang karyawannya dan banyak cerita-cerita lainnya mengenai khasiat daun kelor dalam mengatasi berbagai macam penyakit pada orang yang dikenalnya. Saya tidak terlalu memberikan satu perhatian khusus atas semua cerita itu, namun yang menjadikan permasalahan kelor ini berlanjut adalah saya juga mengenal orang-orang yang diceritakan olehnya. Saat bertemu dengan orang-orang dimaksud, saya menyempatkan untuk bertanya mengenai cerita tentang teh daun kelor yang mereka konsumsi. Mereka pun membenarkan cerita tersebut.
Memulai pencarian informasi mengenai tanaman kelor di internet tidaklah sulit, cukup banyak situs dalam negeri membahas tentang khasiat tanaman kelor. Namun, terdapat kemiripan pembahasan antara satu dengan lainnya, seolah-olah semua situs mengambil informasi dari sumber yang sama. Berbeda halnya saat menggunakan kata kunci “moringa oleifera”, saya mendapatkan bahwa pembahasan mengenai tanaman kelor yang (ternyata) sudah mendunia. Banyak situs luar negeri memerinci secara detail khasiat tanaman kelor. Salah satu di antaranya adalah Wikipedia.
Disitu disebutkan besar jumlah / kuantitas dari satu / beberapa jenis kandungan nutrisi dari daun kelor dibandingkan jenis makanan lain yang juga memiliki kandungan nutrisi yang sama. Seperti perbandingan vitamin A dengan wortel, vitamin C dengan jeruk, kalsium dengan susu dan beberapa lainnya. Anda dapat melihatnya sendiri detail informasi yang disajikan di Wikipedia.
Jika mengacu pada informasi yang tertera pada Wikipedia, terlepas dari cerita gaib yang selalu menyertainya, daun kelor dapat dijadikan sebagai salah satu bahan makanan yang layak diperhitungkan keberadaannya untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dalam tubuh.
Sejak awal bulan Juli 2012 hingga sekarang, setiap hari, saya mulai dan selalu mengkonsumsi air seduhan daun kelor yang sudah dikeringkan. Tidak ada batasan berapa banyak air seduhan di konsumsi dalam sehari, bahkan saya menjadikannya sebagai pengganti air tawar yang biasa diminum setiap hari.
Saya mengupah seseorang untuk mencarikan bahan mentahnya, sisa pekerjaan hingga menjadi produk siap konsumsi dikerjakan sendiri. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam proses pengeringan daun kelor : memanggangnya dalam oven dengan api kecil atau diangin-anginkan. Jika anda hendak membuatnya dengan cara diangin-anginkan, saya sarankan, lebih baik untuk melakukan proses pengeringan di area luar rumah dan tidak terkena sinar cahaya matahari. Aroma cukup tajam dari daun kelor selama berlangsungnya proses pengeringan akan sangat mengganggu dan terjadi cukup lama (3 – 4 hari).
Proses mengeringkan daun kelor…
Jika anda berniat untuk membuat seduhan dari daun kelor yang telah dikeringkan, saya memiliki sedikit pengalaman bagaimana cara pengerjaannya.
Metode pengeringan dengan menggunakan oven :
  • Siangi daun kelor dari tangkainya dan kumpulkan pada loyang kue (jangan terlalu penuh).
  • Nyalakan oven dengan temperatur maximum 60° Celcius.
  • Masukkan loyang berisi daun kelor ke dalam oven.
  • Panggang hingga mengering (± 1 jam).
  • Agar lebih cepat, aduk setiap 20 menit sekali.
  • Setelah kering, daun dapat dihancurkan langsung dengan cara meremasnya.
  • Simpan dalam toples atau wadah kedap udara.
Metode pengeringan dengan cara diangin-anginkan :
  • Siangi daun kelor dari tangkainya dan letakkan pada wadah bambu (Sunda : tetampah).
  • Letakkan pada area yang tidak terkena sinar matahari langsung dan cukup angin.
  • Aduk daun kelor setiap 12 jam sekali untuk menjadikan proses pengeringan merata.
  • Jika keadaan cuaca tidak hujan, daun akan mengering dalam waktu 1 – 2 minggu.
  • Parut / blender daun yang telah kering agar berbentuk serpihan kecil.
  • Simpan dalam toples atau wadah kedap udara.
Keterangan
  • Setiap satu sendok teh daun kelor kering, dapat diseduh dengan 300- 350 mililiter air panas (1 gelas), kemudian diminum setelah dingin sebagaimana teh pada umumnya. Agar lebih mudah memisahkan antara ampas dari air seduhan, dapat menggunakan teko untuk menyeduh teh yang memiliki wadah tempat menaruh daun agar tidak bercampur air seduhan.
  • Cara lain yang lebih nyaman adalah dengan menggunakan coffee maker. Cukup menaruh daun kelor pada wadah untuk meletakkan bubuk kopi, nyalakan dan tunggu hingga selesai.
Efek pada tubuh…
Pernyataan yang sering terdengar bagi yang telah mengkonsumsi teh daun kelor adalah dapat tidur dengan pulas. Kebiasaan terbangun setiap 2 – 3 jam sekali pada saat tidur di malam hari, tidak terjadi lagi setelah mengkonsumsi teh daun kelor.
Beberapa orang lain dengan bawaan lambung cukup peka, tidak merasakan gangguan apa pun dari teh daun kelor yang mereka minum. Efek teh daun kelor itu sendiri terhadap lambung mereka, dapat dikatakan positif. Terutama pada rutinitas buang air besar.
Pada penderita osteoporosis, nyeri linu yang biasa mereka alami memang benar berkurang, bahkan ada beberapa menyatakan sudah merasa reda sama sekali.
Salah seorang famili yang terkena Diabetes Melitus datang berkunjung ke rumah, tertarik menjadi sukarelawan untuk mencoba teh daun kelor. Setelah 1 bulan kemudian, beliau kembali berkunjung ke rumah saya dan bercerita mengenai efek teh daun kelor yang dikonsumsinya. Saya tidak tahu persis standar ukuran kadar gula darah, yang beliau katakan adalah gula darahnya turun dari 300 ke 185 pada awal minggu ke 4. Selama 3 minggu sebelumnya mengkonsumsi teh daun kelor, pantangan atas makanan tertentu ditiadakan sama sekali. Semua aktivitas harian dijalani secara normal sebagaimana sebelum menderita DM. Pemeriksaan yang dilakukan, selain menggunakan alat untuk memeriksa gula darah sendiri, juga mengunjungi dokter guna mendapatkan hasil lebih akurat. Saya tidak melihat hasil test yang dilakukan, secara fisik terlihat perbedaan di wajahnya yang nampak jauh lebih segar dari sebelumnya.
Bagi saya sendiri, teh daun kelor cenderung mempengaruhi kerja lambung menjadi lebih baik.
Efek pada tanaman…
Seperti informasi kandungan nutrisi yang tertera pada Wikipedia, saya berkesimpulan, daun kelor dapat dijadikan sebagai bahan pupuk tanaman. Menjadikan teh daun kelor sebagai pupuk organik cair (POC), belum pernah dicoba. Saya hanya meletakkan ampas hasil seduhan di permukaan media tanam. Efek yang sudah terlihat adalah daun di area bagian bawah tanaman menjadi terpelihara dengan baik. Jeda waktu pengaplikasian yang singkat (2 minggu sekali), tidak menimbulkan efek negatif sebagaimana dihasilkan oleh ampas teh maupun kopi. Perbedaan dengan pupuk organik lain yang pernah saya buat dan coba sebelumnya, dimana pertumbuhan lebih terkonsentrasi pada bagian pucuk tanaman, ampas daun kelor membuat keseluruhan bagian tanaman nampak segar.
Jika anda berniat membuat POC berbahan dasar daun kelor, dapat dengan menyeduh kembali ampas daun kelor dari seduhan pertama. Atau, jika sekedar ingin mengetahui efeknya, dapat dengan 15 ml teh daun kelor ditambahkan 2 liter air tawar. Semprotkan pada permukaan daun dan tunggu efeknya setelah 1 bulan kemudian. Saat ini saya belum memiliki informasi yang pasti mengenai efek air seduhan daun kelor jika diaplikasikan secara rutin sebagai POC pada tanaman.
Hal yang cukup membuat penasaran adalah ketika menyiangi daun kelor, tidak ditemukan sisa hama beredar di permukaan daun saat disiangi. Tidak ada bagian daun rusak akibat gigitan serangga seperti belalang maupun ulat daun. Apakah daun kelor mengandung sejenis toksik sebagaimana halnya daun mimba, saya tidak tahu.
Apakah daun kelor dapat berfungsi sekaligus sebagai pestisida? Saya agak meragukannya. Jika berbicara mengenai pestisida pada saat ini, saya tetap mengandalkan ramuan daun mimba dan bawang putih (artikel Membuat Pestisida Organik dengan Daun Mimba…).
Hal yang perlu diketahui…
Jangan menaruh air hasil seduhan daun kelor pada wadah bening (mis. gelas atau tempat air tembus pandang). Saya kurang mengerti apa yang sebenarnya terjadi setelah air seduhan ditempatkan dalam gelas selama 6 – 12 jam berubah menjadi keruh. Meski tidak mengeluarkan aroma tak sedap dan masih dapat diminum, tingkat kesegarannya berbeda dengan air seduhan yang masih dalam keadaan bening.
Saya mencoba menempatkan air seduhan di dua wadah berbeda, gelas dan keramik, dalam waktu bersamaan. Setelah lebih dari 12 jam, air seduhan pada wadah keramik masih tetap bening seperti semula. Berbeda dengan wadah gelas, menjadi keruh.
Proses pengeringan menggunakan oven menghasilkan cita rasa berbeda dibanding diangin-anginkan. Demikian juga air hasil seduhannya, yang satu berwarna kehijauan sedangkan lainnya berwarna kekuningan. Secara khasiat, saya tidak mengetahui persis detail perbedaan air seduhan antara kedua produk tersebut. Untuk daun kelor hasil peng-oven-an, walau pun hampir tidak berbau, lambung terasa kurang nyaman setelah air diminum. Namun, hanya sesaat. Tidak berlangsung lama. Sedangkan yang diangin-anginkan, sama sekali tidak terasa efek apa pun. Sama seperti minum air tawar biasa saja. Mungkin disebabkan konsentrasi kuantitas daun dengan proses pengovenan jauh lebih banyak (lebih kering) daripada diangin-anginkan. Walau secara kasat mata terlihat sama saja, satu sendok teh.
Lebih lanjut dengan daun kelor…
Bagaimana pun ampuhnya daun kelor sebagai salah satu bahan makanan kaya nutrisi, tergantung pada kita menjalaninya. Tidak ada salahnya mencoba secara rutin mengkonsumsi air seduhan daun kelor karena tanaman tersebut telah direkomendasikan oleh beberapa badan internasional sebagai salah satu bahan yang layak dalam memenuhi kebutuhan nutrisi di tubuh kita. Jika memang tidak merasa nyaman selama menjalaninya, kita dapat langsung menghentikannya tanpa banyak mengeluarkan biaya berarti.
Selamat mencoba!
Sumber : http://kebundirumah.wordpress.com/pohon-kelor-moringa-oleifera/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 Prinsip (Ushul Isyrin) dalam memahami Islam

Karakter Muslim Sejati Menurut Imam Hasan Al Banna

Membuat, Mencetak, dan Menjilid Buku Sendiri